Lombok Tengah (lombokupdatenews) – Setelah beberapa lama bungkam terkait penyebab kematian beberapa kerbau secara misterius, Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) kabupaten Lombok Tengah (Loteng) akhirnya angkat bicara dan menepis dugaan penyebab kerbau mati karena diracun.
Kepala Dispertanak Loteng, L. Iskandar saat menggelar konferensi bersama puluhan awak media membeberkan teka teki matinya beberapa kerbau secara mendadak beberapa waktu lalu.
“Kami dari Dispertanak bersama Dinas Kesehatan Hewan NTB telah melakukan uji Laboratorium di Banyumulek dan Balai Besar Veteriner Denpasar Bali. Setelah kami teliti bagian organ tubuh kerbau itu, dapat disimpulkan bahwa penyebabnya yakni penyakit Septicaemia Epizotica (SE),” kata Iskandar, Rabu (29/09/2021).
Ditekankan bahwa penyakit SE tersebut cenderung disebabkan oleh bakteri karena perubahan cuaca. SE sendiri tergolong jenis penyakit menular ke sesama hewan.
“Sementara ini kita sudah siapkan 1000 dosis vaksin. Kita akan prioritaskan dulu wilayah bagian selatan di desa Kuta, Tumpak, dan Prabu,” sebutnya.
Disebutkan, adapun jumlah kerbau yang terjangkit penyakit SE di desa Kuta sebanyak 74 ekor. Diantaranya 6 ekor mati tanpa sempat disembelih dan 68 ekor mati karena disembelih
“Data yang kami peroleh, jumlah Kerbau yang ada hingga saat ini khusus di desa Kuta sekitar 330 ekor.
“Intinya, tidak ada hubungan Sirkuit MotoGP dengan kematian kerbau. Kerbau sakit atau mati karena penyakit SE. SE ini tergolong penyakit baru dengan gejala ngorok yang berdampak kepada paru-paru hewan. Penyakit ini juga tidak bisa menular ke manusia,” tutup Iskandar.
Sementara, Kabid Peternakan dan Kesehatan hewan, Agus Muliadi, memastikan bahwa penyebab kematian kerbau tersebut bukan karena keracunan melainkan karena penyakit SE.
“Hewan jenis kerbau yang rentan dengan penyakit SE ini. Kalau sapi agak kebal dan masih bisa tahan,” jelasnya.
Yang menjadi persoalan lanjutnya, pemilik kerbau meski sudah diminta mengisolasi hewan ternaknya mereka tetap tidak mau mengisolasi. Akhirnya banyak kerbau yang terpapar penyakit SE.
“Penyakit SE ini masuk dalam kategori 25 penyakit hewan strategis yang tidak menular ke manusia,” bebernya.(Lu01)